DAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KONSEP WILAYAH
Menurut Cressey, wilayah (region) merupakan nkeseluruhan dari lahan, air, udara dan manusia dalam hubungan yang saling menguntungkan (suatu kesatuan esensial antara ciri-ciri fisik dan ciri-ciri budaya). Setiap region merupakan satu keutuhan (entity) yang batasnya jarang ditentukan secara tepat.
- Konsep wilayah ada dua, yaitu:
1. Wilayah alamiah (natural region)
Konsep ini lebih mengutamakan pada unit alamiah dalam penggambaran wilayahnya.
Gambar 1.1 wilayah alamiah
2. Wilayah Kenampakan Tunggal (Single Feature Region)
Penggoloongan wilayah ini didasarkan pada adanya kenampakan tunggal (single feature region), misalnya kenampakan iklim, vegetasi dan hewan.
Gambar 1.2 Peta Pembagian Wilayah Berdasarkan Kondisi Iklim
A. WILAYAH FORMAL DAN WILAYAH FUNGSIONAL
a. Wilayah Formal
Wilayah formal merupakan suatu wilayah yang statis, seragam, dan tidak aktif. Pada wilayah ini terdapat keseragaman atau kesamaan pada criteria-kriteria tertentu.
Contoh: Wilayah pinggiran atau pedesaan y ang di dalamnya terdapat keseragaman antara petani atau daerah pertanian
Gambar 1.3 keseragaman petani
di wilayah pedesaan
b. Wilayah Fungsional
Wilayah fungsional merupakan suatu wilayah yang dinamis, aktif, dan terbentuk secara terus-menerus oleh dorongan yang mengubahnya. Dalam wilayah fungsional kegiatannya diatur oleh pusat-pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan jalur jalan melingkar (terdapat hubungan fungsional antar pusat kegiatan).
Contoh: Wilayah sentral (pusat
Gambar 1.4 Wilayah Sentral (Pusat Kota)
A. PEWILAYAHAN WILAYAH FORMAL DAN FUNGSIONAL
1. Pewilayahan Wilayah Formal
Tujuan dari pewilayahan formal adalah untuk mengetahui wilayah mana yang homogen (seragam)
Teknik yang digunakan untuk pendeliniasian wilayah formal adalah metode nilai bobot indeks
Metode nilai bobot indeks digunakan untuk mendeliniasi wilayah lebih dari satu kriteria
Contoh metode nilai bobot indeks
Mengetahui wilayah homogen secara ekonomi berdasarkan pendapatan per kapita dan angka pengangguran di wilayah K
Data angka pengangguran dan pendapatan per kapita beberapa
wilayah di kota K
Wilayah | Angka pengangguran | Pendapatan per kapita |
A | 2 % | Rp 1.000.000,- |
B | 2 % | Rp 1.000.000,- |
C | 2 % | Rp 1.000.000,- |
D | 1 % | Rp 850.000,- |
E | 2 % | Rp 1.000.000,- |
F | 3 % | Rp 850.000,- |
G | 2 % | Rp 950.000,- |
H | 3 % | Rp 900.000,- |
I | 4 % | Rp 950.000,- |
· Misalnya:
o Bobot untuk setiap % angka pengangguran = 2
o Bobot untuk setiap pendapatan per kapita < style=""> = 1
o Bobot untuk setiap pendapatan per kapita > Rp 1.000.000,- = 2
· Setelah diberi bobot nilai tiap wilayah adalah:
Wilayah | Nilai |
A | (2 x 2) + (1 x 2) = 6 |
B | (2 x 2) + (1 x 2) = 6 |
C | (2 x 2) + (1 x 2) = 6 |
D | (1 x 2) + (1 x 1) = 3 |
E | (2 x 2) + (1 x 2) = 6 |
F | (3 x 2) + (1 x 1) = 6 |
G | (2 x 2) + (1 x 1) = 5 |
H | (3 x 2) + (1 x 1) = 7 |
I | (4 x 2) + (1 x 1) = 9 |
· Perhitungan
Nilai rata- rata bobot wilayah Kota K adalah
X = 55 :9
= 6,1
Dengan standart deviasi 0,5, dapat maka diketahui ada tiga wilayah homogen yang berbeda yaitu:
- Wilayah X : nilai bobot indeks <>
- Wilayah Y : nilai bobot indeks > 6,6
- Wilayah Z : nilai bobot indeks antara 5,6 – 6,6
· Hasil
o Yang termasuk dalam wilayah X = Wilayah D dan Wilayah G
o Yang termasuk dalam wilayah Y = Wilayah F dan Wilayah H
o Yang termasuk dalam wilayah Z = Wilayah A, Wilayah B, Wilayah C, Wilayah E dan Wilayah I
2. Pewilayahan Wilayah Fungsional
Wilayah fungsional lebih menekankan pada arus hubungan dengan titik pusat
Dalam menentukan pewilayahan fungsional dapat melalui dua pendekatan, yaitu
a. Analisis aliran barang, menekankan pada apa yang orang kerjakan
b. Analisis grafitasi, berdasarkan pada observasi teoritis tentang apa yang mungkin orang lakukan
Dalam analisis aliran barang penentuan wilayah fungsional dilihat berdasarkan pada arah dan intensitas aliran barang / orang antara wilayah pusat dengan wilayah sekitarnya. Aliran barang lebih intensif di wilayah yang dekat dengan titik pusat
2 komentar:
izin share
sangat membantu
Posting Komentar